Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, mengatakan bahwa pembelajaran tatap muka di sekolah harus segera dimulai setelah semua guru maupun tenaga pendidik sudah tuntas mendapat vaksinasi Covid-19 tanpa harus menunggu tahun ajaran baru. Sekolah dengan metode Pembelajaran Tatap Muka (PTM) itu harus dilakukan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Meski guru dan murid sudah bertatap muka di sekolah, kegiatan belajar-mengajar tetap harus dilakukan secara terbatas. Artinya kapasitas ruang kelas maksimal 50% dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Beliau masih menekankan, orangtua atau wali dapat memilih pilihan yang terbaik bagi anaknya untuk melakukan belajar tatap muka secara terbatas atau tetap melaksanakan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dari rumah. “Jadi kita kembalikan lagi kepada orangtua, anaknya bisa belajar tatap muka terbatas atau tetap PJJ,” ungkap Nadiem. Tantangan terbesar saat ini, menurut Nadiem, adalah murid tidak bisa sekolah. Proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) ini sulit digantikan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Menurut Mendikbud, vaksinasi bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan menjadi salah satu prioritas negara dalam upaya mengakselerasi pembelajaran tatap muka. Vaksinasi seluruh pendidik dan tenaga kependidikan ditargetkan selesai pada akhir Juni 2021. Secara rinci, Mendikbud menjelaskan bahwa vaksinasi untuk tenaga pendidik PAUD, SD, dan pesantren paling lambat dilaksanakan akhir pekan kedua Mei 2021. Tahap berikutnya adalah vaksinasi tenaga pendidik SMP, SMA, SMK yang berjalan paling lambat akhir pekan keempat Mei 2021. Kemudian vaksinasi untuk tenaga pendidik di institusi pendidikan tinggi paling lambat pekan kedua Juni 2021. Dengan demikian, pada Juli mendatang semua tenaga pendidik sudah mendapat vaksinasi.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa pemerintah memprioritaskan petugas publik dan kaum lansia untuk menerima vaksin. “Dari seluruh mereka yang masuk katagori petugas publik, maka pendidik yang dapat prioritas paling banyak, yaitu sebanyak 5.659.560 orang. Mereka yang ditargetkan selesai divaksinasi pada akhir Juni,” kata Budi. Dengan demikian, menurut dia, proses belajar mengajar secara tatap muka bisa segera dilakukan kembali.
Dari para pakar kesehatanpun memberikan pandangan terkait kontroversi sekolah tatap muka yang direncanakan oleh pemerintah, salah satunya dari sudut pandang IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Sejak awal IDAI tidak pernah melarang sekolah tatap muka, IDAI hanya memberikan rekomendasi-rekomendasi yang fleksibel dan sangat bisa dijadikan acuan dengan fokus tetap kesehatan anak yang utama namun pendidikan bisa berjalan secara aman. Dalam situasi pandemi covid-19 IDAI hanya memberikan rekomendasi namun keputusan dan regulasi tetap sepenuhnya berada di tangan pemerintah. Adapun beberapa rekomendasi IDAI terkait rencana pembukaan sekolah tatap muka, diantaranya :
- Semua guru dan staf sekolah sudah divaksin covid-19 lengkap.
- Diciptakan sistem “Bubble” jadi sekelompok anak dan guru akan konsisten artinya tidak ada guru yang mobile (secara tatap muka) dari satu kelompok murid ke murid lainnya.
- Dilakukan orientasi (bahkan dengan simulasi dahulu) untuk memastikan semua stakeholder paham, stakeholder adalah Guru, seluruh staf sekolah, murid dan orang tua murid.
- Penyusunan SOP melibatkan IDAI setempat.
- Swab sebelum mulai sekolah dan harus Swab PCR.
- Positivity rate di daerah tersebut harus < 5%.
- Semua murid sudah imunisasi lengkap sesuai kelompok usia.
- Dilakukan di outdoor (udara mengalir baik) jika dilakukan di kelas, buka semua jendela kelas.
- Anak dengan komorbid sebaiknya tetap belajar secara daring.
- Jam masuk dan pulang dilakukan secara bertahap.
- Penjagaan gerbang sekolah dan pengawasan disiplin untuk menghindari kerumunan.
- Menyediakan fasilitas cuci tangan di lokasi-lokasi strategis (sebelah kelas, sebelah toilet).
- Pelatihan kepada anak-anak tentang cara menggunakan masker yang benar dan ada tempat pembuangan masker serta menyediakan masker cadangan.
- Bila terbukti ada anak yang menderita covid maka sekolah harus menghentikan proses belajar mengajar tatap muka dan melakukan tracing kepada semua komponen sekolah dan bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat.
Rekomendasi dari IDAI memang sangat berat, karena IDAI tidak dapat membedakan anak di daerah satu dengan daerah yang lain karena pada prinsipnya sama, virus belum terkendali dan mengedepankan hak hidup dan hak sehat anak selain hak atas pendidikan. Terlebih di Indonesia memiliki tantangan tersendiri, dimana suatu standar tidak dapat diterapkan ke setiap wilayah terutama wilayah 3T (Terpencil, Terluar, Tertinggal). IDAI sangat totalitas dalam melindungi anak-anak Indonesia. Disarankan juga pihak sekolah mempersiapkan skema simulasi sejenis simulasi jika terjadi gempa bumi. Jadi misalnya, ada anak yang menunjukkan gejala covid (sesak misalnya), guru kelas harus bagaimana, orang tua harus bagaimana, anaknya harus bagaimana, teman-teman sekelasnya harus bagaimana.
Terkait dengan rencana pembelajatan tatap muka pun diperlukan perencanaan yang tepat dengan dukungan semua pihak, tidak hanya pihak sekolah namun juga orangtua, IDAI setempat hingga Pemda setempat. Adapun hal-hal konsisten yang harus dilakukan untuk mempersiapkan anak-anak melaksanakan pembelajaran tatap muka adalah melatih anak menggunakan masker yang benar dan tepat sesuai fungsinya, melatih anak tidak memegang area wajah bila belum mencuci tangan, melatih anak tidak bertukar alat makan/alat pribadi lain, etika batuk, mengenali gejala covid-19 dan melapor bila ada anggota keluarga dirumah yang sakit, serta tidak melakukan stigmatisasi pada teman yang terinfeksi covid-19.
Mengingat prediksi jangka waktu pandemi covid-19 yang masih belum dapat ditentukan, maka guru dan sekolah hendaknya mencari inovasi baru dalam proses belajar mengajar misalnya memanfaatkan belajar di ruang terbuka. Sedangkan untuk para orang tua diharapkan agar berimprovisasi dan ikhlas menerima keadaan baru sebagai Orang Tua Pandemi. Karena pandemi ini bukan 1-2 tahun, bisa saja 3-5 tahun ke depan. Para orang tua harus siap mensupport anak karena masa depan anak mencerminkan masa depan bangsa. Jadi kita semua harus bekerja keras dan bekerja sama untuk bisa terlaksananya pembelajaran tatap muka, bukan hanya membebankan ke sekolah dan para guru saja. Sebagai orang tua pun, harus yang paling tahu kondisi kesehatan anak dan kemampuan anak, serta kita pasti akan melakukan yang terbaik dalam menjaga kesehatan dan keselamatan anak selama pandemi ini. Marilah berusaha menjadi orang tua pandemi yang kreatif dan bijak sehingga hak hidup, hak sehat dan hak pendidikan pada anak tetap seimbang.
( Oleh : Ni Putu Artini )
Leave A Comment